Rabu, 24 Maret 2010

Info Olahraga


MEMBANGUN SEPAK BOLA INDONESIA
KSN Bukan Ajang
Cari "Kambing Hitam"


Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) yang berlangsung di Malang pada 30-31 Maret 2010 diharapkan tidak menjadi ajang mencari "kambing hitam" atas terjerembapnya prestasi sepak bola Indonesia. KSN justru bertujuan untuk mencari solusi sekaligus merespons kegundahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Presiden boleh dibilang gundah gulana atas prestasi sepak bola Indonesia yang sudah tidak pernah lagi mampu merebut gelar juara setelah SEA Games Manila 1991. Jadi, peserta KSN harus bisa meresponsnya dengan positif," kata anggota Komisi X DPR Utut Adianto di Jakarta, kemarin.

Menurut Utut Adianto, penurunan prestasi tidak hanya dialami sepak bola, tetapi juga seluruh cabang olahraga. Termasuk di dalamnya, bulutangkis yang selama ini diandalkan di multievent seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade maupun single event, Piala Sudirman, Thomas Cup, Uber Cup dan All England.

"Bukan hanya sepak bola yang mengalami penurunan prestasi, namun bulutangkis juga mengalami hal yang sama. Dulu, kita melalui cabang bulutangkis bisa membawa pulang empat sampai lima gelar dari hasil mengikuti single event internasional, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Itu, kan, namanya mengalami penurunan prestasi," kata anggota DPR RI dari Fraksi PDIP ini.

Menurut Utut Adianto, KSN itu bukan untuk mencari "kambing hitam", melainkan harus dijadikan ajang mencari solusi bagaimana upaya mengangkat prestasi sepak bola Indonesia. Namun, ia mengingatkan agar solusi yang diperoleh harus lebih berfokus dalam hal pencapaian prestasi.

"Terlalu jauh kalau kita bicara prestasi dunia di KSN. Untuk mencapai itu butuh tahapan dan waktu yang panjang. Sasaran utama KSN harus lebih mengutamakan menjadikan timnas Indonesia mampu merebut gelar juara pada saat menjadi tuan rumah SEA Games 2011," katanya.

Apa masukan Anda untuk membangun sepak bola Indonesia?

"Pembenahan organisasi secara menyeluruh, baik masalah perwasitan maupun pemilihan pemain timnas, serta menentukan ke arah mana kiblat sepak bola Indonesia harus disesuaikan dengan karakter bangsa. Selama ini kan kita menggunakan pelatih dari berbagai negara. Namun, tidak ada satu pun yang dijadikan patokan," kata Utut mengungkapkan.

Bagaimana dengan adanya komentar menggantikan Nurdin Halid bisa menyelesaikan masalah?

"Saya bukan membela Nurdin Halid. Bagi saya, yang menyebutkan itu tidak mengerti sepak bola. Siapa pun yang menggantikan Nurdin Halid tak akan bisa membawa sepak bola Indonesia berprestasi dalam waktu lima tahun. Kan tadi saya sudah bilang, prestasi itu tidak bisa diraih secara instan dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait termasuk pemerintah," kata Utut.

"Selama kita bukan pekerja keras, selama kita sering menyalahkan orang lain, selama kita tidak pernah menginstrospeksi diri, selama kita tidak mau tahu dengan kelemahan, selama hanya mau cerita masa lampau dan tidak mau berangkat ke masa kini, maka selama itu itu pula kita tidak akan pernah maju," kata Utut sembari meminta masalah suporter juga patut diberikan perhatian khusus.

Sementara itu, pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Sulawesi Tenggara (Sultra) tetap akan mendukung kepemimpinan HM Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI hingga akhir periode kepengurusan. Hal ini tak lain lantaran ingin mengedepankan etika berorganisasi.

"Secara etika berorganisasi, PSSI Sultra tetap mendukung Nurdin Halid hingga akhir masa jabatannya 2011," kata Ketua Pengprov PSSI Sultra Sabaraddin Labamba di Kendari, Selasa (23/3).

Sabaruddin yang juga Wakil Ketua DPRD Sultra dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, adanya keinginan sejumlah pengprov dan pengurus PSSI di daerah dan pusat untuk melakukan pemakzulan terhadap ketua umum adalah tidak etis dan sangat berbahaya.

Meskipun pada intinya hampir seluruh Pengprov PSSI di Indonesia sama-sama berkomitmen untuk melakukan pembenahan dan perbaikan di dunia sepak bola, namun dengan adanya keinginan yang tidak santun itu akan menodai citra persepakbolaan nasional.

"Kalau dengan cara-cara seperti itu, saya kira tidak etis, terkesan memaksakan kehendak" katanya.

Terkait rencana Kongres Sepak Bola Nasional di Kota Malang, Jawa Timur, 30-31 Maret 2010, Sabaruddin mengatakan, PSSI Sultra akan menghadiri acara tersebut, namun tidak akan membicarakan persoalan kepemimpinan Ketua Umum PSSI HM Nurdin Halid.

"Kalau dalam kongres nanti ada agenda yang di luar dari rencana pertemuan seperti adanya kehendak mempercepat lengsernya Ketua Umum PSSI, maka PSSI Sultra tentu akan memunyai opsi lain," katanya.

Menurut Sabaruddin, secara organisasi, agenda kongres itu penting dalam rangka membenahi berbagai kekurangan dan kelemahan organisasi, tetapi jangan sampai diarahkan kepada pemaksaan untuk melengserkan pimpinan.

"Bukan karena PSSI Sultra membela kepemimpinan Nurdin Halid, melainkan secara organisasi, PSSI, akan selalu terpuruk jika itu terjadi," ujarnya.

Menyinggung masalah peningkatan prestasi persepakbolaan di Sultra, Sabaruddin mengatakan, pihaknya terus bekerja keras mencari pemain potensial untuk mewujudkan target lolos Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau 2012. Ia mengatakan, potensi atlet sepak bola di daerah sama dengan daerah lain di Indonesia, tetapi prestasi tertinggal karena pembinaan yang tidak berjalan maksimal.

Kendala klasik yang selalu mengancam pembinaan sepak bola adalah menyangkut pendanaan yang minim, bahkan tidak ada sehingga kompetisi sebagai ajang meningkatkan potensi pemain tidak terlaksana.

Suara Karya, 24 Maret 2010

Tidak ada komentar: