Kamis, 25 Maret 2010

Info Pendidikan

Kecurangan UN di Mana-Mana



Sungguh malang nasib Delvi Napitupulu. Guru pengawas ujian nasional (UN) di Medan ini masih terbaring lemah di Rumah Sakit Umum (RSU) Malahayati, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (25/3) pagi. Delvi dan Kepala Sekolah SMA PGRI I, Muhammad Nur Pane, adalah korban perampokan soal UN.
Untungnya, naskah UN itu berhasil diselamatkan. Pada Rabu (24/3) pagi, keduanya mengambil materi di Kantor Dinas Pendidikan Kota Medan. Saat berboncengan sepeda motor menuju sekolah tempat mereka akan melakukan pengawasan UN, terjadilah peristiwa nahas itu.
“Tidak ada pengamanan dari aparat Kepolisian. Hanya kami berdua yang menjemput dan mengantar materi ujian tersebut. Mungkin kasus ini ada kaitannya dengan soal ujian. Sepertinya ada rencana untuk menggagalkan ujian dengan tujuan agar diulang,” kata Nur Pane.
Itulah sepenggal kisah tentang persoalan dan kecurangan dalam pelaksanaan UN tingkat SMA dan sekolah sederajat yang berlangsung Senin (22/3) sampai Jumat (26/3). Laporan dari berbagai daerah menunjukkan UN tahun ini tak berlangsung mulus. Masih banyak ditemukan kebocoran soal dan jawaban, dan bentuk kecurangan lainnya.
SK (18), siswi SMA PGRI 14 Sibolga, tertangkap tangan menerima jawaban UN melalui telepon genggamnya. Dia mengaku menerima jawaban tersebut dari rekannya, MLS, siswa SMA I Sitahuis. “Kasus ini sudah diserahkan ke Kepolisian,” kata Ketua Tim Pengawas Independen UN Provinsi Sumut, Lahmuddin Lubis.
Kejadian serupa terjadi di Blitar, Jawa Timur. Polresta Blitar memeriksa dua pelajar, Ek (17) dan Nw (17), karena keduanya ketahuan menyimpan pesan singkat (short message service/SMS) berisi bocoran jawaban UN dalam telepon selulernya. Dalam pemeriksaan, mereka mengaku mendapatkan jawaban itu dari seseorang di Surabaya yang dikenal melalui game online.
Menurut Kasat Reskrim Polresta Blitar, AKP Purdiyanto, Ek ditawari kunci jawaban asalkan mau menukarnya dengan chip game senilai Rp 1,5 juta.
“Menurut pengakuan Ek, kunci jawaban dikirim melalui SMS setiap hari pukul 06.00 – 06.30 WIB, sebelum mata pelajaran yang diujikan berlangsung.
Kunci jawaban itu kemudian dikirim Ek ke Nw dan seorang temannya lagi. Kami terus mendalami kasus ini, apakah betul ada bocoran atau hanya penipuan semata,” ujarnya.
Di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, peserta UN di beberapa SMA mengaku sejak hari pertama sudah mendapatkan jawaban soal dari teman-temannya melalui SMS.
“Isu tentang adanya jawaban soal UN melalui SMS sejak hari pertama sampai hari keempat ini cukup santer, sehingga meresahkan anak-anak SMA yang tidak memiliki telepon genggam,” kata Supriyono, guru SMA di Banyumas Kamis (25/3).
Menurut Supriyono, untuk memperoleh jawaban itu tidaklah sulit. Informasi tentang jawaban soal itu diberikan melalui SMS secara cuma-cuma sebelum UN berlangsung. “Hanya dengan meminta jawaban melalui SMS pada teman, langsung mendapat balasan yang berisi jawaban soal UN,” tambahnya.

Ditangani Polisi
Sementara itu, dari Yogyakarta dilaporkan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bersama Tim Pemantau Independen UN DIY memberlakukan pemantauan ketat di sekolah-sekolah yang siswanya dilaporkan mendapat bocoran jawaban UN. “Ada laporan bocoran jawaban di SMA 5 Yogyakarta, tetapi dilakukan oleh siswa SMA swasta yang ikut UN di SMA itu. Di handphone siswa itu ditemukan kunci jawaban UN. Kasus itu ditangani Kepolisian,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Syamsury.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMAN 5 Yogyakarta, Munjith mengakui adanya dua siswa yang terbukti membawa handphone saat UN yang berasal dari SMA Perak dan SMA Budaya. “Memang ada 16 siswa SMA swasta yang mengikuti UN di sekolah kami,” katanya.
Secara terpisah, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Cristiandy Sanjaya meminta agar dugaan kebocoran soal dan jawaban UN di wilayah tersebut diteliti secara saksama, menyusul adanya indikasi yang dilontarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). “Dugaan bocornya soal ini harus dicek dan diteliti, apakah benar soal itu bocor dan dibagikan kepada siswa peserta UN. Jika benar ada soal yang beredar sebelum pelaksanaan UN harus diteliti siapa pelakunya dan jika sudah tertangkap harus dijatuhi sanksi tegas,” katanya.
Senada dengannya, Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Suhadi SW mengatakan pihaknya telah membentuk tim untuk meneliti dugaan kebocoran soal dan jawaban UN.

Ubah SOP
Terkait kesemrawutan dan maraknya kecurangan UN, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) berencana mengubah mengubah standar operasional prosedur (SOP). ”Kami akan mengubah SOP bila memang ada kebocoran. Kami akan berusaha mencari solusi agar kebocoran soal jawaban tidak terjadi lagi,” ujar Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdiknas, Nugaan Yulia Wardhani. Sayangnya, dia tidak memaparkan detail bentuk solusi atau SOP yang akan diubah.
Diungkapkan, hingga hari ketiga UN, permasalahan di lapangan masih sama seperti sebelumnya, yakni dugaan bocornya soal ujian dan tertukarnya lembar soal dan lembar jawaban.
Sedangkan, anggota BSNP, Eddy Mungin Widodo menuturkan Kemendiknas sedang menginvestigasi kasus kebocoran soal dan jawaban UN. Dia menyatakan, BNSP bersama dengan pemerintah daerah, Kepolisian, dan perguruan tinggi telah berusaha melaksanakan UN dengan sebaik-baiknya. Namun, ada oknum yang menyalahgunakan UN untuk mendapatkan keuntungan. ”Masih banyak orang yang berkomitmen terhadap kejujuran dalam melaksanakan UN. Kecurangan itu di luar jangkauan kami, oleh karena itu perlu ada pembinaan karakter guru, kepala sekolah, maupun murid, untuk menjalankan UN secara jujur,” katanya.
Diakui, kasus kebocoran soal dan jawaban UN terjadi hampir setiap tahun. Bahkan, tahun lalu BNSP terpaksa melaksanakan ujian ulangan di 33 sekolah karena hasil UN pertama dinilai tidak sah.
Sebelumnya, Mendiknas Mohammad Nuh menyatakan pihaknya menerima banyak pengaduan terkait pelaksanaan UN. Menurutnya, ada dua jenis kebocoran, yakni kebocoran secara fisik dan kebocoran informasi. “Yang terjadi sekarang masih dalam penyelidikan dan kalau memang ditemukan, pelakunya harus ditindak tegas,” katanya.
Data yang disampaikan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdiknas, Muhadjir, posko UN telah menerima 1.233 laporan dari media elektronik dan 680 SMS. ”Kami siap menindaklanjuti berbagai isu yang ada,” katanya.

Suara Pembaruan, 25 Maret 2010

Tidak ada komentar: