Rabu, 17 Maret 2010

Info Olahraga

BUMN Didorong Aktif Kembangkan Olahraga

Badan usaha milik negara bisa berperan besar dalam pembinaan dan pengembangan olahraga nasional melalui pengalokasian sebagian dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Keterlibatan dunia usaha ini bisa mengatasi kendala klasik kekurangan dana yang selalu menjadi alasan minimnya prestasi olahraga nasional.
Dorongan supaya BUMN terlibat aktif dalam pengembangan olahraga terungkap dalam acara penandatanganan kerja sama antara PT (Persero) Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Liga Pendidikan Indonesia (LPI), di Jakarta, Senin (15/3).
BUMN pengolah batu bara terbesar nasional itu berkomitmen membantu Rp 1,7 miliar per tahun selama tiga tahun. Ini merupakan kerja sama LPI yang kedua setelah dengan produsen bola Pespex.
”Kami berharap ada BUMN lain yang ikut membantu melalui CSR-nya,” ujar Presiden Direktur PTBA Sukrisno.
Keterlibatan BUMN, lanjut Sukrisno, diharapkan bisa mengembalikan kejayaan olahraga nasional yang saat ini miskin prestasi. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa memiliki bibit atlet unggulan yang besar, tetapi belum terbina.
PTBA juga menyalurkan dana CSR-nya untuk membangun fasilitas olahraga bertaraf internasional di Sumatera Selatan, seperti lapangan tenis, kolam renang, dan sports centre.
Ketua Panitia Nasional LPI Prof Toho Cholik Mutohir juga berharap dunia usaha bisa menambah peran dalam pengembangan olahraga. LPI yang merupakan kompetisi sepak bola siswa SMP, SMA sederajat, dan perguruan tinggi merupakan usaha menghasilkan atlet unggulan.
”Kerja sama dengan dunia usaha diharapkan dapat menghasilkan prestasi bangsa melalui olahraga,” ujar Toho.
Bambang Indriyanto, Sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, mengakui, pembinaan olahraga selalu terkendala fluktuasi ketersediaan anggaran.
Ia mencontohkan, tahun ini pemerintah dua kali mengoreksi anggaran Kemendiknas, di dalamnya termasuk LPI. Awalnya, diusulkan Rp 14 triliun kemudian dipotong menjadi Rp 10 triliun dan yang disetujui Rp 5 triliun.
”Jika untuk membangun sekolah di seluruh Indonesia, setiap sekolah hanya memperoleh Rp 10 juta,” ujar Bambang.
Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes menilai anggaran yang sangat irit itu awal kematian prestasi olahraga. Anggaran hanya mengucur menjelang kompetisi multicabang. Namun, lanjut Nugraha, sekarang pun anggaran untuk Asian Games 2010 belum turun. Oleh karena itu, peran dunia usaha dibutuhkan untuk mendorong pengembangan kualitas olahraga.
Sumber : Kompas, 17 Maret 2010

Tidak ada komentar: