Kepulauan Mentawai, Kompas
Salah seorang atlet selancar andalan dari Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Andy ”Phocay” Subianto (23), menyatakan, sejumlah atlet selancar bahkan terpaksa tidak lagi latihan. Pasalnya, lokasi latihan yang hanya bisa dicapai dengan speed boat butuh dana bahan bakar setidaknya Rp 700.000 setiap kali latihan.
”Saya sudah enam bulan tidak latihan. Kalau latihan, sekarang terpaksa menunggu tamu (wisatawan) yang hendak menuju ke sejumlah resor di sekitar tempat latihan,” kata Andy yang berulang kali menjadi langganan juara selancar tingkat Provinsi Sumatera Barat itu. Sejumlah atlet selancar, termasuk juga Andy, saat ini berprofesi juga sebagai pemandu wisata atau bekerja di sejumlah resor.
Andy mengaku, atlet selancar dari wilayah itu kerap merasakan kejenuhan luar biasa karena tidak ada lagi lawan sepadan yang bisa dihadapi. ”Inginnya ikut kejuaraan di mana-mana, tetapi sulit juga karena tidak ada yang membiayai,” kata Andy yang kerap jadi tandem latihan para peselancar juara dunia, seperti Kelly Slater dan Andy Irons. Mereka kerap kali bertandang ke Kepulauan Mentawai.
Dedi, pembina olahraga selancar di Kabupaten Mentawai mengatakan, untuk menutupi biaya operasional mengikuti sejumlah kejuaraan, ia terpaksa meminta sumbangan sekadarnya dari warga. ”Ada yang kasih Rp 5.000, ada yang kasih Rp 50.000. Saya sudah berulang kali coba minta perhatian pemerintah, tetapi sampai hari ini tidak ada perhatian apa pun,” katanya.
Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki setidaknya enam wilayah pulau kecil dengan puluhan jenis ombak yang dinamai sesuai dengan karakteristik ombaknya. Ombak-ombak itu menjadi incaran peselancar dari seluruh dunia dan ramai setiap Juni hingga Agustus setiap tahunnya.
Kompas, 25 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar