Senin, 14 Desember 2009

Intropeksi

Belajarlah Pembinaan Olahraga Seperti China


Dulu pembinaan olah raga Cina diidentikkan sebagai steril dari iming-iming finansial yang menggiurkan. Konsep amatirisme dengan hegemoni kuat negara terhadap kehidupan atlet sangat kental dalam model pembinaan demikian. Toh, Cina membuktikan diri menjadi salah satu kekuatan di dunia olah raga.

Perlahan namun pasti, negeri tirai bambu itu mulai mengubah haluan politik dengan menciptakan upaya percepatan ekonomi dengan juga mengadopsi prinsip-prinsip kapitalisme, meski masih dalam terjemahan gaya dan tata cara khas Cina. Hal itu kini berimbas dalam pola pembinaan olah raga Cina. Jangan bandingkan kehidupan olah ragawan Cina masa kini dengan masa lalu. Selamat tinggal "kemiskinan" dan "sekadar bakti" buat negara. Olah ragawan Cina kini juga lekat dengan iming-iming material, bahkan berkehidupan layaknya mitra mereka di negara-negara kapitalis.

Contoh terkini adalah peraih medali emas pertama bagi kontingan tuan rumah di Olimpiade Beijing 2008, yakni lifter putri Chen Xiexia. Prestasi di berbagai ajang sudah menjadi langganan bagi atlet berusia 25 tahun itu. Harian setempat, Oriental Sports Daily merilis laporan bahwa Chen Xiexia bakal menerima 10 juta yuan (sekitar Rp 13,27 miliar) dari berbagai pihak di Cina. Sebuah kejadian yang di masa lalu, merupakan impian belaka bagi banyak atlet Cina berprestasi.

Cina menghadiahkan setiap peraih medali emas 250.000 yuan (sekitar Rp 330 juta) dengan kenaikan sebesar 50.000 yuan (sekitar Rp 66 juta) dari yang diperoleh di Olimpiade Athena sebagai insentif ekstra mencapai kemenangan. "Itu hanyalah permulaan karena masih ada hadiah dari provinsi asal atlet dan sponsor," demikian tulisan harian itu selanjutnya.

Sebagai tambahan, Yayasan Fok Ying Tung yang didirikan oleh seorang pengusaha dan dermawan Hong Kong memberikan kepada setiap peraih medali emas Cina satu kilogram emas dan 80.000 dolar AS (sekarang sekitar Rp 720 juta) sejak 1984. Sebagai tambahan, setiap penghasilan yang diterima atlet Cina tak akan dikenai pajak.

Chen Xiexia tetap rendah hati dan mengatakan emas yang direbutnya sama saja dengan emas-emas lainnya. Meskipun raihan emas itu disorot banyak media, karena menjadi raihan pertama bagi tuan rumah.

Olimpiade 2008 Beijing memang memberi banyak pelajaran yang bisa diambil. Sebagai tuan rumah, Beijing 2008 memberikan banyak contoh untuk ditiru. Raksasa olah raga Asia, bahkan dunia itu layak dijadikan model pembangunan olah raga. Mereka sangat serius memerhatikan pembangunan olah raga. Cina menunjukkan bahwa olah raga adalah bidang yang tidak bisa dikelola semaunya. Olah raga juga tak bisa dikelola secara instan dan dilakukan demi kepentingan politik semata.

Tidak ada komentar: