Kamis, 24 Juni 2010

Info Olahraga

POLITIK OLAHRAGA
Piala Dunia Obat Penawar Rasial di Afsel


Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Selasa (22/6), menegaskan bahwa Piala Dunia telah menjadi obat penawar rasialis yang ada di negaranya.

”Afrika Selatan tidak pernah memperoleh dan melalui pengalaman ketika semua anak bangsa bisa bergembira dan bersorak bersama-sama sejak masa Presiden Nelson Mandela yang keluar dari tahanan politik pada tahun 1990 lalu,” kata Zuma dalam salah satu pidatonya di Johannesburg.

”Kami harus jujur dengan kesuksesan yang didapat dari semangat Piala Dunia yang diperoleh negeri ini,” ujarnya.

Itu karena, baru pertama kali, kata Zuma, setelah 16 tahun kemerdekaan dan demokrasi, ”Kita bisa melihat saudara-saudara kita yang berkulit hitam dan saudara-saudara kita yang berkulit putih bisa menyatu padu untuk merayakan dan mendukung tim mereka dalam stadion.”

Tim nasional Afrika Selatan, ”Bafana Bafana”, kemarin, harus bertarung menghadapi tim ”Ayam Jago” Perancis. Tentu laga tersebut menjadi penentu keikutsertaan Afrika Selatan ke babak lanjutan Piala Dunia.

Kalaupun Bafana Bafana tidak mampu melanjutkan perjalanan ke babak berikutnya, Zuma berharap masyarakat Afrika Selatan tetap fokus pada suksesnya pelaksanaan Piala Dunia hingga ke babak final, 10 Juli mendatang.

”Sebab, kita tidak hanya akan melihat Piala Dunia ini tanpa kehadiran tim Bafana Bafana. Namun, kita juga harus mampu mengambil keuntungan yang ada hingga pelaksanaan Piala Dunia ini berakhir,” kata Zuma.

Setelah dua minggu Piala Dunia berlangsung, ”Kita belum bisa berbangga hati untuk menyatakan semuanya akan berlangsung sesuai dengan rencana. Namun, kita juga harus lebih memerhatikan berbagai perangkat kebutuhan pelaksanaan kejuaraan akbar ini,” lanjut Zuma.

Jadi, pinta Zuma, ”Selain mendukung Bafana Bafana, kita semua harus sadar dengan tanggung jawab besar kita sebagai tuan rumah Piala Dunia ini.”

Menolak

Serikat pekerja terbesar Afrika Selatan pada hari yang sama juga menegaskan penolakan mereka terhadap penawaran upah yang akan diberikan Eskom, yang merupakan perusahaan negara penyedia listrik.

Para pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Tambang (NUM) itu menegaskan bakal melakukan aksi yang bisa menghentikan Piala Dunia apabila kehendak mereka tidak dipenuhi.

Juru bicara NUM, Lesiba Seshoka, yang menaungi sekitar 32.000 pekerja itu menegaskan bahwa mereka akan memberi waktu kepada Eskom hingga hari Kamis (25/6) nanti.

”Kami berharap Eskom mau memberi kenaikan gaji hingga 8 persen dari apa yang telah mereka berikan selama ini,” kata Seshoka.

NUM memang tidak akan mengganggu pasokan listrik ke stadion pelaksana Piala Dunia yang dilayani dengan diesel. Namun, jika permintaan tidak dipenuhi Eskom, anggota NUM akan menghentikan penyaluran listrik ke kota.

Tentu hal tersebut bisa mengakibatkan marahnya masyarakat yang menyaksikan siaran langsung. Satu hal yang lebih merasakan dampaknya tentu dunia ekonomi.

Kompas, 24 Juni 2010

Tidak ada komentar: