Jumat, 25 Juni 2010

Info Olahraga

KARATE
Meniti Tangga Asian Games



Perolehan medali tim karate Indonesia di kejuaraan internasional Korea Terbuka di Busan, Korea Selatan, 18-20 Juni, boleh jadi melebihi target. Namun, tim yang dipersiapkan untuk Asian Games itu masih harus meniti tangga untuk menjadi yang terbaik di Asia.

Turun di 10 nomor pada kejuaraan karate Korea Terbuka, karateka Indonesia meraih 2 emas, 3 perak, dan 2 perunggu, lebih dari yang ditargetkan, satu emas. Dua emas diperoleh di nomor kumite (pertarungan) perseorangan putri -68 kg oleh Yolanda Asmuruf dan putra -67 kg oleh Jintar Simanjuntak.

Tiga perak didapat dari nomor -60 kg putra (Donny Dharmawan), -61 kg putri (Tantri Widya Sari), dan kumite beregu putri (Yolanda, Tantri, dan Telly Melinda). Sementara dua perunggu dari nomor kata perorangan putri (Dewi Yulianti) dan kelas bebas putri (Yolanda Asmuruf).

Kecuali di kelas bebas putri, enam nomor yang meraih medali di Korea Terbuka adalah sebagian dari delapan nomor yang dibidik Indonesia dalam kejuaraan multicabang Asian Games di China November 2010. Dua nomor lain yang dibidik adalah kumite putra +84 kg dan kata perorangan putra. Faizal Zaenudin yang dipersiapkan untuk kata putra gagal di Korea Terbuka. Sementara Umar Syarief (+84 kg) tidak berangkat karena masih dalam proses pemulihan dari cedera.

Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI) Djafar Djantang, raihan Indonesia di Korea Terbuka terbilang baik. Karateka menunjukkan peningkatan berarti ketimbang saat pertama bergabung ke Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Asian Games Februari lalu.

Akan tetapi, atlet harus lebih matang untuk tampil di Asian Games. Mereka juga perlu mewaspadai sebagian karateka dari negara pesaing yang tidak tampil di Korea Terbuka seperti Iran, Vietnam, dan Malaysia.

”Dari segi teknik, kecepatan, dan kekuatan, atlet-atlet kita mampu bersaing atau lebih unggul dari lawan. Namun, mental dan naluri bertanding perlu terus diasah agar lebih matang,” tambah Djafar.

Kondisi itu tecermin dari kegagalan Donny dan Tantri di final. Keduanya tampil kurang lepas di bawah tekanan penonton yang mendukung karateka tuan rumah. Donny kalah 1-2 dari Lee Ji-hwan dan Tantri kalah 4-8 dari Choi Cho-long.

Selain Jintar dan Telly, karateka Indonesia lain di nomor kumite tampil kurang stabil. Yolanda, misalnya, mampu bermain apik dan menjuarai nomor -68 kg pada hari pertama. Namun, dalam keikutsertaannya di kelas bebas, dia beberapa kali ”kecolongan” pukulan dan tendangan lawan. Beberapa kali mampu menekuk lawan dengan skor telak di penyisihan dan babak kedua, dia justru dikalahkan karateka tuan rumah, Jung So-young, 0-6, di partai semifinal kelas bebas.

Stabil

Penampilan yang relatif stabil ditunjukkan Telly yang turun di nomor -50 kg dan kumite beregu putri. Di nomor beregu, dia bahkan menyumbang angka kemenangan bagi Indonesia atas Hongkong di penyisihan (menang angka 13-10) dan Vietnam pada babak kedua (8-6).

Sementara Jintar meraih angka telak pada lima laga di nomor -67 kg putra sebelum akhirnya meraih emas. Setelah mengalahkan Kim Won-seok (Korea Selatan) 8-0 di penyisihan, dia memukul Yuen Siu Lun (Hongkong) 3-0 di babak kedua, Lee Chung Ho (Hongkong) 5-0, Kim Do-wan (Korea Selatan) 3-2, dan Roland Lagman Jr (Filipina) 4-1 di partai final.

Terlepas dari faktor wasit yang dinilai kurang obyektif, jadwal pertandingan yang berubah- ubah, dan faktor nonteknis lain, Indonesia perlu mewaspadai beberapa karateka Korea Selatan dan Hongkong.

Menurut Djafar, sejak dilatih oleh beberapa pelatih dari Iran, perkembangan karate kedua negara dinilai pesat. Di kelas berat (di atas 67 kg), Korea Selatan dan Hongkong bahkan mampu bersaing dengan Iran, sebagai salah satu negara dengan prestasi lima besar Asia selain Jepang, China, dan Vietnam.

Jalan menuju Asian Games masih terbentang empat bulan. Tim Indonesia masih memiliki waktu untuk mematangkan diri. Menurut Ketua Umum PB Forki Hendardji Soepandji, meski tampil baik di Korea Terbuka, para atlet tak boleh berpuas diri. Mereka harus menempa diri melalui latihan, uji coba, dan meniti tangga menuju performa terbaik. ”Ibaratnya, dari sepuluh tangga yang harus dilalui, sekarang baru tercapai 3-5 tangga,” ujarnya

MUKHAMAD KURNIAWAN

Kompas, 25 Juni 2010

Tidak ada komentar: