Selasa, 29 Juni 2010

Info Olahraga

BULU TANGKIS
Sistem Pembinaan Pelatnas Harus Diubah


Menanggapi kegagalan Indonesia merebut gelar pada Djarum Indonesia Open Super Series 2010, mantan pelatih pelatnas 1974-1999, Atik Jauhari, menyatakan, sebaiknya pelatnas mengubah sistem pembinaan. PB PBSI harus bisa mengoptimalkan kerja pemain dan pelatih.

”Indonesia sebetulnya tidak kekurangan pemain berbakat. Tinggal bagaimana kerja keras pemain dan pelatih saja,” ujar Atik, setelah pertandingan final Djarum Indonesia Open Super Series 2010, Minggu (27/6).

Menurut Atik, salah satu sistem yang harus diubah adalah sistem kepelatihan dan pembinaan. Selama ini ia melihat di pelatnas waktu antara aktivitas dan latihan kurang diatur. Sebaiknya setiap pemain tidak dibebankan untuk latihan setiap hari. Namun, latihan bisa diatur setiap menjelang kejuaraan.

”Semakin lama sebuah kejuaraan akan berlangsung, latihan untuk persiapan di training camp juga harus lebih lama. ”Untuk itu, setiap pemain dan pelatih harus bekerja keras,” ujar Atik yang kini melatih di India.

Selain itu, ia melihat perbandingan jumlah atlet dan pelatih sebaiknya ideal. Itu karena seorang pelatih harus mengenal betul si atlet dan pola penguasaan permainan si atlet. Antara atlet yang satu dan yang lain memiliki karakter yang berbeda, selain itu keterampilan penguasaan teknik bermain juga berbeda.

”Idealnya, satu pelatih menangani empat atlet. Itu membuat pelatih tahu atlet-atletnya dan memahami kemampuan pemainnya,” ujarnya.

Untuk Indonesia, ujar Atik, PB PBSI sebetulnya diuntungkan dengan banyaknya materi pemain dari klub ataupun dari pusat pendidikan dan latihan (pusdiklat). PBSI tinggal memantau pemain yang berkualitas, kemudian dikelola dan ditangani dalam kepelatihan PBSI. PBSI sebaiknya memiliki tim pemantau yang mengikuti atlet-atlet yang dinilai berbakat. ”Untuk penggalian atlet sudah bisa, tinggal pengelolaan materi yang harus ditingkatkan,” ujar Atik.

Sementara itu, pemain tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, menyatakan prihatin terhadap kualitas pebulu tangkis Indonesia. Menurut Taufik, PBSI perlu melakukan evaluasi menyeluruh baik pada para atlet maupun pelatihnya.

”Sekarang tak ada gelar yang mampu diraih atlet-atlet bulu tangkis kita. Selama ini turnamen serta pertandingan selalu dibiarkan begitu saja. Tak ada evaluasi apa pun terkait pelaksanaan tanding di perebutan Piala Thomas dan Uber lalu,” ungkapnya.

Ia menambahkan, jika tak ada evaluasi, tak akan muncul atlet-atlet muda baru berbakat.

Kompas, 29 Juni 2010

Tidak ada komentar: