Rabu, 12 Mei 2010

Info Pendidikan

Mutiara dari Kebumen


FITRIYAN Dwi Rahayu ialah satu dari lima siswa yang meraih predikat terbaik dari hasil ujian nasional (UN) SMP2010. Siswa lain yang memiliki prestasi sama dengan Fitriyan dari Bali dan Jatim.
Nilai UN mencapai 9,95 atau nilai yang tidak genap 10 hanya bahasa Inggris, . hanya memperoleh nilai 9,8.Fitriyan ialah anak desa yang berasal dari keluarga seadanya. Ayahnya, Cipto Raharjo, hanya bekerja wiraswasta. Ibunya, Sukarni Mugi Rahayu, ialah seorang staf kantor desa. Rumahnya di Desa Jatiluhur, Kecamatan Karanganyar, Kebumen, Jateng.Saban hari, Fitriyan harus mengayuh sepeda sepanjang 3 km untuk mencapai sekolahnya. Kalau tidak ada tambahan jam pelajaran, dia berangkat ke sekolah pukul 06.30 WIB. Namun, jika ada tambahan pelajaran, ia berangkat pukul 05.30 WIB. "Karena kalau ada tambahan jam pelajaran, masuk kelaspukul 06.00 WIB," ujarnya.
Fitriyan bukanlah anak eksklusif yang ogah bergaul. Justru ia memiliki kawan banyak karena sering dimintai tolong mengajari pelajaran, khususnya matematika.Untuk ke sekolah setiap hari, ia tidak menggunakan jasa angkutan umum. Ia lebih memilih berhemat, naik sepeda bersama teman-temannya. "Kalau naik sepeda kan tidak mengeluarkan ongkos angkutan. Apalagi teman-temannya yang naik sepeda banyak sehingga berangkat ke sekolah tidak terlalu terasa capeknya," katanya.
Seluruh buku pelajaran, khususnya yang menjadi kesukaannya, yakni matematika, ia lahap. Bahkan, ia juga tetap menyempatkan untuk membaca buku lainnya."Kalau novel favorit saya adalah Sang Pemimpi karangan Andrea Hirata. Berkali-kali saya membaca novel itu dan tak pernahbosan. Sungguh, novel itu menjadi motivasi. Saya bisa jadi bermimpi dan ingin mewujudkan cita-cita. Saya ingin jadi ilmuwan," tambah anak kedua ini.
Ia memang terbiasa membaca buku-buku lain karena di rumahnya dijadikan perpustakaan desa. Praktis setiap saat dia bisa menyalurkan hobi membaca bukunya. Sesekali Fitriyan juga bermain gitar untuk menyalurkan hobi lainnya, di samping membaca.Baginya, tidak ada waktu khusus buat belajar karena bisa dilakukan sewaktu-waktu. "Cara belajar saya juga biasa saja, sama dengan yang lainnya. Tidak ada waktu khusus untuk belajar, kadang siang, ada katanya malam. Pokoknya kalau ada waktu, saya sempatkan untuk belajar," ujarnya. Ibunya, Sukarni, juga menyatakan anaknya sama saja dengan anak lainnya.
Tetap bermain, bercanda, ngerumpi bareng temannya dan tidak ada yang khusus dari masa remajanya. "Tapi memang sejak di SD Negeri 1 Jatiluhur, prestasinya memang sudah bagus. Sejak SD sudah menduduki rangking pertama sekolah." Beruntung, selepas SD, ia menemukan sekolah yang cocok, yakni SMP Negeri 1 Karanganyar. Sekolah di kecamatan di kabupaten kecil di Jateng tersebut memiliki cara belajar yang efektif sehingga mampu membuat siswa termotivasi untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.Menurut Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Suparmin, ada dua kebijakan prinsip yang diambil sekolah, yakni disiplin dan jangan pernah ada jam pelajaran kosong.
Media Indonesia, 10 Mei 2010

1 komentar:

SAEFUL NGULUM mengatakan...

Salam hormat dari saya sebelumnya kepada Pak Utut adianto dan rasa bangga serta terima kasih sedalam-dalamnya atas semuanya, mengenal bapak adalah suatu kehormatan dan Alhamdulillah perjuangan bapak tak sia-sia. Teruskan... MERDEKA
Selanjutnya Sebagai warga kebumen ikut bangga atas prestasi yang diraih olehnya, tapi lagi-lagi hati kecil saya bertanya? kemampuan yang diberikan Tuhan sebenarnya sama rata atau tidak? atau memeng sudah sama rata tetapi tak mau memanfaatkan atau tak tau caranya? dilema saya pak,
satu hal lagi budaya membaca yang minim dari bangsa entah karena faktor apa? problem saya mengapa sering membaca tapi banyak lupanya?

Mari dorong anak bangsa untuk giat membaca.
salam.