Selasa, 12 Oktober 2010

Info Pendidikan


Pendidikan Karakter Ditularkan dengan Keteladanan

Dalam nilai-nilai kearifan lokal terutama Budaya Jawa, pendidikan karakter lebih efektif ditularkan kepada siswa dengan keteladanan. Sebab, keteladanan tidak selalu dari atas ke bawah, karena bisa dari samping atau dari bawah ke atas.

Hal itu disampaikan Pakar Pendidikan dari Majelis Taman Siswa Yogyakarta Prof Dr Ki Supriyoko MPd dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter ala Jawa di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sabtu (9/10).

Dia mengatakan, pada dasarnya karakter dapat diubah, dibentuk, dan dikembangkan seperti halnya keterampilan. Karena itu, menjadi suatu hal yang realistik untuk mengembangkan karakter generasi muda, terutama dengan nilai-nilai kearifan lokal.

’’Kita dapat meneladani karakter tokoh-tokoh pewayangan atau pahlawan lokal, seperti Prabu Puntadewa yang terkenal dengan sifat jujur dan ikhlas, kemudian Antasena yang terbuka, sakti, dan konsekuen, atau Sunan Kalijaga yang pandai memanfaatkan kesenian dan budaya lokal untuk mengajarkan kebaikan bagi masyarakat,’’ tuturnya.

Pembangunan karakter dalam budaya Jawa juga mengajarkan tentang manembah atau beriman dan bertakwa kepada Tuhan, masrawung atau bersosialisasi kepada sesama manusia, serta makarya atau bekerja untuk meraih prestasi. Tiga hal itu sangat diperlukan untuk mencapai tujuan hidup.

Paling Riil

Yang terpenting pembangunan dan pembentukan karakter harus ditularkan kepada siswa dengan keteladanan yang merupakan perilaku paling riil di masyarakat.

’’Memang mencari sosok teladan di era globalisasi sulit, tapi tetap perlu dilakukan, karena generasi muda juga menuntut keteladanan aktual dan kontekstual yang relevan dengan kemajuan zaman,’’ tandasnya.
Seminar bertema ’’Membangun Karakter Generasi dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal’’ ini dimoderatori Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Sucipto Hadi Purnomo, dengan pembicara lain Drs BRM Bambang Irawan MSi dari Keraton Solo dan Kajur Bahasa dan Sastra Jawa Unnes Drs Agus Yuwono MSi.

Agus mengemukakan, dalam menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa harus memperhatikan prinsip perkembangan, yaitu secara berkelanjutan, pengintegrasian melalui semua mapel, pengembangan diri dan budaya sekolah, serta nilai-nilai yang tidak diajarkan tapi dikembangkan.

’’Pengintegrasian itu dapat dilakukan dengan mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar pada standar isi untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum sudah tercakup di dalamnya.

Suara Merdeka, 11 Oktober 2010

Tidak ada komentar: